Sunday, December 09, 2007

KEPANDAIAN yang MEMBELENGGU, KEBODOHAN yang MEMBEBASKAN


Ini kisah nyata yang dialami oleh dua orang adik sepupu saya. Di balik cerita ini saya kira banyak hikmah yang bisa dipetik. Bahwa ternyata kepandaian bisa membelenggu kita. Sebaliknya, kebodohan yang disadari, bisa membebaskan kita.

Sepupu saya ini kakak beradik. Si kakak yang pintar, sebut saja namanya Miles Davis. Si adik yang merasa dirinya bodoh, sebut saja namanya Chris Botti (namanya saya ambil dari dua orang trumpetis jazz ternama. Hehehe...).

Kedua kakak beradik ini sama-sama lulusan perguruan tinggi di Jawa Timur.
Miles lulusan universitas negeri dengan nilai IPK yang cukup meyakinkan, di atas 3. Dia memang pintar.

Namun, setelah lulus lebih dari 2 tahun, ia masih belum bekerja sampai sekarang. Ia masih mencari pekerjaan yang diinginkannya. Pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya di bidang ekonomi.

Orang tua dan sanak keluarga menyarankan agar ia memulai bisnis saja, ketimbang terus memaksakan diri mencari pekerjaan. Modal pun telah disiapkan.

Tapi, semua tawaran itu ditolaknya. Mungkin ia merasa gengsi untuk menjadi pedagang. Sekolah tinggi-tinggi kok ujung-ujungnya jaga toko juga?

Meski pun pintar, Miles ini cenderung close minded, pikirannya tertutup. Ia yakin dengan pendiriannya dan tertutup dengan apa pun kemungkinan lain yang ditawarkan. Pokoknya ia ingin bekerja di perusahaan dan duduk di belakang meja.

Berbeda dengan adiknya, Chris Botti. Chris tergolong bodoh di sekolahnya. Ia kuliah di perguruan tinggi swasta. Ia bahkan pernah menyatakan ingin berhenti kuliah, karena tidak sanggup mengikuti perkuliahan. Ya, otaknya tergolong 'mepet'.
Pihak keluarga pun berupaya keras untuk menahannya agar bertahan sampai selesai kuliah. Pokoknya asal lulus saja, soal nilai tidak penting.
Akhirnya ia pun lulus dengan 'ngos-ngosan'.

Kerena tidak punya pilihan, apa apa pun pekerjaan disambarnya selepas kuliah. Jadilah ia sebagai sales dari sebuah perusahaan jamu. Ia diberi fasilitas motor dan disuruh keliling pelosok-pelosok di daerah Jawa Timur untuk menawarkan jamu itu.
Pekerjaan itu ia jalani dengan semangat dan tanpa mengeluh.
Kasihan melihat berat dan besarnya risiko pekerjaan itu, seorang keluarganya menawarkan solusi.

Ia menawarkan kerja sama membuka toko. Ia ingin membuka cabang tokonya dan menawarkan Chris sebagai pengelolanya dengan sistim bagi hasil.
Chris menerima tawaran itu dengan antusias.

Mungkin karena memang rezekinya bagus, ia mendapat toko di lokasi yang strategis. Omset pun langsung melesat.
Dalam setahun, keuntungan pun diraih cukup lumayan. Bagi hasil pun didapatnya di atas seratus jutaan. Hebatnya, uang itu akan digunakannya untuk memberangkatkan haji kedua orang tuanya tahun depan.

Berbeda dengan kakaknya, Chris menyadari kekurangannya. Karenanya ia lebih terbuka dengan segala kemungkinan alias open minded.
Ia merasa dirinya kurang pintar, makanya ia terbuka terhadap pertolongan dari orang lain. Ego dan idealismenya ia kesampingkan dulu. Apa pun peluang yang datang, diambilnya. Akhirnya, inilah yang membuka rezeki baginya.

Semoga bisa diambil hikmahnya.

Salam FUUUNtastic!

Wassalam,

Roni,
Owner, Manet Busana Muslim

No comments: